Minggu, 09 September 2007

XANANA GUSMAO 60 TAHUN: NEGARAWAN ATAU POLITISI?

Xanana Gusmao hari ini genap berusia 60 tahun. Mantan Panglima Falintil era pendudukan Indonesia itu, kini menjadi Presiden Timor Leste. Barangkali lelaki kelahiran Manatuto 20 Juni 1946 ini tak sempat meniup lilin di tengah keramaian keluarga atau kerabat dekat di Istana Debu, Dili. Pasalnya ia masih pusing tujuh keliling memikirkan hampir 600 tentara yang dipecat dan buntutnya kerusuhan yang menewaskan 30 orang dan menyebabkan 130.000 orang mengungsi. Xanana bergerilya melawan tentara Indonesia, kini dipusingkan tentara sendiri, sampai mendatangkan tentara negara tetangga.

Ketika masih di penjara Cipinang sekitar tahun 1994/1995, Xanana sering bersurat-suratan dengan Yeni Rosa Damayanti, aktivis Pijar dan Solidamor yang di penjara Pondok Bambu. Salah satu topik korespondensi antara Cipinang dan Pondok Bambu adalah soal keberadaan tentara di Timor Leste merdeka. Xanana dalam salah satu suratnya menegaskan, Timor Leste merdeka tak perlu tentara. Kami hanya perlu polisi sipil untuk menjaga ketertiban masyarakat.

Banyak orang kaget, termasuk Yeni tentu saja, Timor Leste merdeka mempunyai tentara. Buat apa? Untuk melawan Indonesia? Melawan bekas milisi atau untuk apa? Rupanya yang menjadi biang kerok pembentukan tentara (FDTL) adalah orang-orang PBB sendiri. Di samping karena Xanana yang peragu itu – makanya ia sangat akrab dengan SBY yang juga peragu- tak sampai hati melihat para mantan Falintil menjadi penganggur.

Inilah untuk pertama kalinya dalam sejarah, PBB membentuk suatu defence force. Celakanya pembentukan FDTL ini diproyekkan karena ada lembaga donornya. Defence force itu dipaksakan sehingga terbentuklah apa yang sebelum merdeka itu disebut ETDF East Timor Defence Force setelah kemerdekaan disebut FDTL. Rekrutmen organisasi ketentaraan, struktur, doktrin, diklat, dan operasional, dilakukan secara instan. Ini jelas berbeda dengan BKR menjadi TNI yang berjalan alamiah.

Adalah hal yang biasa dalam negara baru yang diperoleh melalui perjuangan bersenjata, tentaranya belum terlalu padu. Pengalaman Indonesia awal kemerdekaan juga sama. Di beberapa daerah terjadi pemberontakan oleh para perwira yang tak puas dengan kebijakan Jakarta. Tak ada pemberontakan dalam sejarah Indonesia yang tak melibatkan tentara. Sebutlah PRRI Permesta, DI TII sampai G 30 S. Semuanya melibatkan kaum bersenjata.

Selain menyelesaikan urusan tentara yang dikomandoi Mayor Alfredo Reinaldo – yang kini telah bersedia menyerahkan senjata ke tentara Australia. Xanana juga dipusingkan dengan desakan kalangan oposisi yang anti pemerintahan Mari Alkatiri. Para oposan yang leadernya Fernando ‘Lasama’ Araujo (Presiden Partai Demokrat) dan Mario Carrascalao kini mendesak Xanana untuk melengserkan Mari Alkatiri dan menuntut percepatan pemilihan umum. Sungguh ini permintaan yang sulit untuk dilaksanakan. Meski ada rivalitas antara Xanana dan Mari Alkatiri, dipastikan Xanana tak akan berani melengserkan Alkatiri dengan nemabrak konstitusi.

Gusmao bukan Gusdur meski sama-sama suka sepakbola seperti Gus Hidink. Jika Gus Dur mau dipanas-panasi kalangan LSM dan PKB untuk membubarkan parlemen yang berbalik melengserkan dirinya, Xanana akan berpikir lebih panjang. Memangnya oposisi yang menuntut Alkatiri mudur itu punya kekuatan apa? Bukankah parlemen dikuasai Fretilin (80 persen) yang notabene dipimpin Alkatiri? Tak seorang pun mampu menjatuhkan Alkatiri dari kursi Perdana Menteri kecuali oleh partainya sendiri, Fretilin.

Xanana harus legowo bahwa posisinya saat ini adalah Presiden, bukan Perdana Menteri. Sebagai macan ompong sesuai konstitusi, ia harus berada di atas semua golongan dan kekuatan politik di Timor Leste. Tak peduli Fretilin, Demokrat, Lorosae, Loromunu, Dispora, mantan milisi, mantan Brimob, mantan Falintil sampai sarjana Supermi, Mereka semua adalah anak bangsa Timor Leste. Jika Xanana terjebak berpihak, apalagi untuk kepentingan sesaat, demi memantapkan posisi ke depan, maka tak pantas lagi alumni University of Cipinang ini disebut sebagai negarawan melainkan cuma politisi!

Parasindonesia.com 2006

Tidak ada komentar: