November, 21 2006 @ 01:06 am
SBY, Bush & Hukuman Demokrasi
Hari-hari ini terjadi demonstrasi di seluruh negeri menolak kedatangan Presiden Amerika Serikat George W. Bush. Dengan alasan yang berbeda-beda mereka tak menginginkan orang nomor satu AS itu bertamu ke Bogor. Kelompok massa Islam beralasan Bush adalah pembantai umat Islam di Afghanistan, Irak dan pendukung setia Israel yang menindas rakyat Palestina dan Lebanon. Kelompok gerakan kiri dan sosialis menolak Bush karena AS adalah sponsor dan pelaku utama neoliberalisme yang meminggirkan negara-negara miskin di dunia. Sementara kelompok nasionalis dan perempuan menganggap Bush adalah biang pemiskinan dan penderitaan rakyat Indonesia melalui perusahaan-perusahaan AS di sini seperti Freeport, Exxon Mobil, Newmont, Monsanto dan lain-lain.
Lantas apa alasan saya menolak kedatangan Bush? Tentu saja saya sependapat dengan alasan tiga kelompok massa di atas. Namun saya justru lebih menyesalkan mengapa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mau menerima Bush bahkan dengan penyambutan yang amat sangat luar biasa sekali. Betapa tidak? Seorang tamu ke Bogor hanya sekitar enam jam, namun menyengsarakan ribuan warga Bogor dan sekitarnya karena terjadi penutupan jalan, sekolah diliburkan sampai himbauan tak keluar rumah. Belum lagi pembangunan landasan helikopter di Kebun Raya Bogor yang bisa dipastikan merusak lingkungan dan keindahan kebun raya tersebut. Sungguh tak masuk diakal sehat kita mengapa penyambutan Bush seperti ini.
Dibandingkan saat konperensi APEC juga di Bogor pada 1994 yang dihadiri kurang-lebih 20 kepala pemerintahan, termasuk Presiden AS Bill Clinton, penyambutannya tak seheboh sekarang.Inilah sebenarnya cermin bangsa Indonesia yang dipimpin oleh presiden yang tak percaya diri alias menderita sindroma minder. Bahwa kita harus menghormati tamu, kita semua setuju. Namun harus dilihat dulu siapa tamu tersebut. Dalam hal ini SBY orang yang sangat tidak peka akan pandangan umum rakyatnya. Mayoritas rakyat tak menghendaki Bush dengan berbagai argumentasi. Namun SBY demi menghormati tamu justru telah menyakiti rakyatnya yang telah memilihnya dalam pemilihan presiden langsung pertama di Indonesia 2004. Harap dicatat, SBY akan membayar mahal karena telah menyakiti mayoritas rakyat pemilihnya.SBY mengecewakan tamu atau mengecewakan tuan/nyonya rumah bukan baru sekali ini.
Tampaknya SBY lebih senang menerima atau berkunjung ke seorang pemimpin bengis dan koruptor dibanding menerima para sahabat yang ingin memberi kritik dan masukan demi mulusnya perjalanan bangsa. Masih ingat dalam memori kita, ketika SBY berkunjung ke Burma atau Myanmar tahun lalu, ia tak sudi bertemu Aung San Suu Kyi, tokoh pro demokrasi yang sejatinya pemenang pemilu di negeri itu pada tahun 1990. SBY malah asyik berdialog dengan pemimpin junta militer Jenderal Than Swee. Junta militer Burma adalah perampok demokrasi dan merupakan militer terbengis di dunia saat ini. SBY bahkan membuat pernyataan paling tolol yang pernah saya dengar, "Masa saya harus bertemu dengan pemberontak!" Dia menyebut Suu Kyi, seorang perempuan lembut pemenang Nobel Perdamaian 2001 sebagai pemberontak.
Satu lagi. Dengan berbagai alasan – terutama karena kesibukannya - SBY menolak kehadiran Amien Rais dan kawan-kawan berkunjung ke Istana, awal tahun ini. Sementara itu pada saat yang hampir bersamaan SBY justru menerima para koruptor pengemplang uang rakyat.Itulah SBY, presiden yang menang karena pandai menjaga citra. Kini tampaknya citra nan prima itu akan segera sirna. Karena, ia menerima Bush dengan tulus dan tangan halus. Di Burma ia tak sudi menerima Suu Kyi, karena itu saya bersyukur gembira SBY tak jadi memperoleh Nobel Perdamaian. Mungkin karena tak dapat restu dari Suu Kyi. SBY tentu akan menerima hukuman setimpal secara demokratis dari rakyatnya, seperti Bush juga dihukum rakyatnya dengan kekalahan telak pada pemilu sela 2006 baru-baru ini.
Mari kita hukum SBY pada pemilu 2009 nanti!
By: Tri Agus Siswowiharjo Category: Politics Parasindonesia.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar