Minggu, 09 September 2007

Ramos Horta: Penyambung Lidah Xanana

July, 11 2006 @ 01:43 pm
Ramos-Horta: Penyambung Lidah Xanana
Timor Leste mempunyai pemerintahan baru Rabu minggu ini setelah Jose Ramos-Horta dilantik menjadi Perdana Menteri. Tugas utama Ramos Horta sampai pelaksanaan pemilihan umum 2007 mendatang adalah menjaga ketertiban umum, memberikan rasa aman rakyat dan memulangkan lebih dari 100 ribu pengungsi yang masih di penampungan. Mampukah mantan menteri luar negeri ini menjalankan tugasnya?Penampilan Ramos-Horta (56), perdana menteri yang menggantikan Mari Alkatiri, masih memesona.

Wajah pemenang Nobel Perdamaian 1996 ini -bersama Uskup Belo - tampak selalu berseri-seri. Sikap simpatik ini memang merupakan salah satu kelebihan Ramos-Horta sebagai diplomat par excellence. Kepiawaiannya melakukan ofensif diplomasi melawan Indonesia tak terbantahkan. Karena itulah Menteri Luar Negeri era Soeharto dan Habibie, Ali Alatas sangat kerepotan dibuatnya. Ramos-Horta sangat terkenal di forum global. Kampanyenya soal Timor di dunia internasional sangat sukses. Isu Timor Leste terus menjadi agenda tahunan sidang umum Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) selama bertahun-tahun.

Hasilnya, lembaga dunia itu tetap tidak mengakui Timor Timur menjadi bagian Indonesia. "Yang saya lakukan selama ini persis seperti yang dilakukan aktivis Indonesia selama masa perjuangan dulu. Dulu, aktivis pro-kemerdekaan Indonesia melakukan lobi di PBB, Australia, dan Amerika Serikat, mengampanyekan kemerdekaan Indonesia. Saya adalah suara bagi mereka yang tidak bisa bersuara. Mungkin bukan suara yang bagus," kata Ramos-Horta diplomatis pada Tempo tahun 1999. Ramos-Horta, bekas wartawan harian A Vos de Timor ("Suara Timor") itu sejak dulu dikenal sebagai ‘tangan kanan’ Xanana Gusmao.

Dalam berbagai pernyataan, ia selalu merendah bahwa apa yang dilakukan adalah atas perintah atau untuk Xanana yang sedang dipenjara oleh Indonesia. Bahkan ketika puncak kepopuleran menghampiri Ramos-Horta, ia tetap mengatakan, "Xanana-lah yang berhak dan lebih pantas menerima anugerah Nobel Perdamaian ini (1996)."Kini di pundak Ramos-Horta, mantan calon Sekjen PBB ini, masa depan Timor Leste dibebankan. Sebagai 'penyambung lidah' Xanana Gusmao, diyakini Ramos-Horta akan mengubah bandul pemerintahan yang kekiri-kirian ala Alkatiri menjadi agak ke tengah.

Sikap keras kepala, anti utang luar negeri dan anti barat (IMF dan Bank Dunia) yang selama ini ditunjukkan Alkatiri tampaknya akan segera berakhir. Bersama Xanana Gusmao, Ramos-Horta akan membawa Timor Leste ke dalam pasar global. Selain itu, persahabatan dengan Indonesia, negara paling dekat dan berpengaruh bagi Timor Leste, akan makin membaik. Kedua mantan musuh nomor satu Republik Indonesia itu dikenal sangat bersahabat dan lebih mengerti Indonesia ketimbang Alkatiri, Kendati Ramos-Horta pernah mengritik para sarjana lulusan Indonesia sebagai sarjana supermie (instan dan tak bermutu), namun Ramos-Horta sudah makin realistis dan pragmatis bahwa Indonesia adalah tetangga yang menyediakan hampir 80 persen kebutuhan sehari-hari rakyat Timor Leste.

Berhubungan baik dengan Indonesia adalah salah satu kewajiban bagi pemerintahan Ramos-Horta.Bagi pemerintah Indonesia dan terutama TNI boleh bernapas lega. Pasalnya pasangan Xanana-Ramos-Horta sudah kompak tak akan mengungkit-ungkit masa lalu yang kelam dan membawa para jenderal Indonesia yang dituduh pelanggar HAM berat ke tribunal internasional. Mereka lebih percaya bekerjasama dengan Indonesia dalam Komisi Kebenaran dan Persahabatan (KKP). Melalui komisi ini dipastikan kejahatan para jenderal pelanggar HAM pasca jajak pendapat 1999 akan 'dibenarkan' demi 'persahabatan' dua bangsa bertetangga Indonesia-Timor Leste.

By: Tri Agus Siswowiharjo Category: Timor Saga

Tidak ada komentar: